Selasa, 25 Oktober 2011

Global Scouting System

    Sudah tak heran lagi jika tim sepak bola sebesar Real Madrid, Manchester City, Barcelona, Chelsea, dan klub-klub besar Eropa lain nya, menggelontorkan uang mereka untuk membeli satu atau beberapa pemain berkelas dan mempunyai keahlian jempolan mengolah bola. Tak segan-segan untuk mengeluarkan uang sebesar 25 juta Poundsterling atau lebih untuk mentransfer satu pemain. Sepakbola medio 1990an memang sangat berbeda dengan medio 2000an. Klub yang paling terkena ldengan saga transfer pemain adalah Real Madrid dan Chelsea. Real Madrid sukses memboyong pemain-pemain bertalenta luarbiasa seperti Zinedine Zidane, David Beckham, Ronaldo Luiz Nazario Da Lima, dan pada musim 2009 berhasil memboyong Cristiano Ronaldo dan Ricky Kaka dengan total 150 juta Poundsterling ! .

    Kini tim kaya baru, Manchester City, yang sekarang menjadi tim elit Eropa karena pembelian pemain yang sangat dahsyat, mulai dari kedatangan Carlos Tevez, KoloToure, David Silva, dan musim ini, City berhasil merekrut beberapa pemain kelas wahid, seperti Samir Nasri dan Gael Clichy dari Arsenal, dan yang paling fenomenal adalah Sergio "Kun" Aguero dari Atletico de Madrid dengan bandrol sekitar 35 juta Poundsterling. Pembelian pemain yang seperti tidak mengenal aturan ini lantas menjadi perdebatan FIFA, dimana klub-klub Eropa yang memiliki finansial yang luarbiasa, begitu mudahnya mendapatkan pemain yang diinginkan.

    Pelatih Arsenal, Wenger sangat setuju dengan apa yang di bicarakan FIFA tentang transfer pemain yang sewajarnya. Chelsea pernah dijatuhi hukuman tidak boleh membeli/mentransfer pemain selama 2 bulan. Hukuman dari FIFA tersebut dikarenakan Chelsea pada waktu itu terlalu banyak belanja pemain dengan harga pemainnya yang relative besar. Kondisi ini yang lantas membuat Wenger berpikir dua kali untuk membeli pemain dengan harga yang besar. Lantas, Wenger membuat suatu gerakan scouting system yang dimana para pemandu bakat Arsenal tersebar luas di belahan dunia ini.

Global Scouting System itu sendiri adalah sebuah gagasan dari Arsene Wenger dimana para pemain muda syarat talenta itu terjaring oleh pemandu bakat dari Arsenal. Steve Rowley, pemandu bakat Arsenal, adalah orang yang paling merasakan hal signifikan dari scouting system ini. "Kami hanya menunjuk orang yang bertalenta, memiliki kepribadian bagus, semangat yang tinggi, pegalaman dan pengetahuan yang baik, serta yang paling penting adalah, mengerti The Arsenal Way" ujar Rowley.

    Alasan Global Scouting System ini dikembangkan Wenger bukan sekadar dari pernyataan FIFA tentang pembelian pemain yang rasional, tapi lebih karena untuk memperbaiki financial dan yang terutama adalah sebagai regenerasi pemain dan tentunya sebagai sarana untuk mencari pemain berbakat.

1.Perbaikan kondisi finansial

Pembangunan stadion baru yang kira-kira menghabiskan dana sekitar 600 miliar Rupiah, sungguh sangat membuat kondisi financial sebuah tim menjadi buruk, dimana mereka harus mengatur gaji pemain dan staff lainnya. Kondisi ini pun yang lantas membuat Wenger harus menjual pemain bintangnya dan menggantinya dengan pemain muda yang di binanya melalui GSS tersebut. Pemain yang harus meninggalkan Highbury –markas Arsenal- adalah pemain yang menurut Wenger sudah terlalu tua untuk bermain, dan juga pemain yang memang sudah diincar klub elit dengan harga yang tinggi. Patrick Vieira adalah salah satu pemain yang menurut Wenger sudah terlalu berumur, dan kala itu dia di jual ke Juventus. Sedangkan Thierry Henry adalah salah satu pemain yang dijual dikarenakan diincar klub elit dengan harga tinggi, dia di transfer menuju Barcelona dengan banderol 26 juta Poundsterling.

Kondisi ini memang sangat menguntungkan dalam masalah finansial, tapi tidak untuk prestasi. Semenjak trend GSS ini, Wenger memang mudah meregenerasikan pemain yang meninggalkan Arsenal dengan pemain mudanya, tapi pemain muda tersebut masih kurang pengalaman dan belum memiliki mental yang stabil dan belum bisa bermain konsisten untuk berkiprah di Premier League.

2.Regenerasi Pemain

Meregenerasi pemain memang sulit, bagaimana seorang pemain muda di bina dan di tempa dari segi mental dan fisik hingga memiliki performa dan kredibilitas yang mumpuni sebagai pemain sepak bola. Kelebihan Wenger memang tak ada duanya, dimana dia mampu bekerja dengan baik bersama anak umur belasan tahun, hingga pemain tersebut dapat berkiprah di ajang sebesarPremier League.

Para pemandu bakat yang lain pun tak segan-segan untuk terbang kesana kemari untuk mencari pemain-pemain muda syarat bakat. Mereka percaya akan scouting system yang diterapkan Wenger akan berdampak positif bagi Arsenal.

3.Sarana Mencari Pemain Berbakat

Inilah tujuan dari Global Scouting System ini, dimana Arsenal dapat dengan mudah mencari pemain muda yang bertalenta meski berada di pelosok belahan dunia sekalipun. Arsenal tak ragu untuk mengirim beberapa pemandu bakatnya hanya untuk mengamati satu pemain dalam 3 atau 5 pertandingan. Jika hasilnya seperti yang di maksud Wenger, mereka akan langsung melakukan pendekatan mulai dari keluarga, timnya bermain, dan pemain buruannya tersebut, barulah ketahap negoisasi

    Dalam GSS ini, pemandu bakat yang ditunjuk pun bukan pemandu bakat biasa, mereka adalah mantan punggawa dari Arsenal juga, sebut saja seperti Danny Karbassiyon, Francis Cagigao, Gilles Grimandi, dan Peter Clarke. Lalu ada Tony Banfield, anak dari Neil Banfield, yang menjabat sebagai pelatih tim reserve.

    Langkah lainnya, setiap tahun ada pertemuan rutin antara Wenger dan para pemandu bakat. Mereka selalu berdiskusi dalam berbagai hal . Mereka berkesempatan dapat melihat langsung para pemain berlatih, sehingga mereka dapat melakukan perbandingan dengan baik saat menemukan pemain potensial.

    Pekerjaan sebaga pemandu bakat tidaklah ringan. Steve Rowley, bak detektif yang wajib menemukan semua informasi tentang seorang pemain yang diintai, mereka juga harus tau tentang peraturan yang berlaku menyangkut kontrak untuk pemain yang dibawah umur. Di Spanyol, klub dilarang memberikan kontrak professional kepada pemain dibawahusia 18 tahun. Karena memanfaatkan kesempatan ini, Arsenal berhasil mengambil Cesc Fabregas dari akademi La Masia, akademi milik Barcelona .Karena di Inggris diberlakukan izin kerja bagi para pemain dari luar Eropa, The Gunners urung mengambil Lionel Messi.

Keberadaan Global Scouting System memang menguntungkan bagi Arsenal. Mereka membuat pemain dari pesepak bola biasa menjadi pemain bintang alias superstars . Sebut saja Francesc "Cesc" Fabregas , tidak ada yang tahu bahwa Fabregas akan menjadi bintang sepak bola dunia, ketika di boyong Arsenal pada tahun 2004, kala itu Fabregas masih berumur 16 tahun. Sekaligus mencatatkan namanya dalam jajaran milestone Arsenal sebagai pemain termuda Arsenal yang berkiprah secara professional, yaitu 16 tahun 177 hari.

    Sebenarnya, sebelum trend GSS in, Wenger sudah rajin membeli pemain – pemain sepak bola berumur belasan tahun dan memolesnya menjadi pemain kelas wahid, tentusaja yang paling fenomenal adalah Thierry Henry dimana kala itu Wenger memboyongnya dari juventus, pada tahun 1997, dan masih berusia 20 tahun. Lalu masih ada nama lain seperti Nicolas Anelka, Patrick Vieira, Jose Antonio Reyes, Robin van Persie, dan lainnya.

    Yang terbaru dari GSS Arsenal ini adalah, Arsenal berhasil memboyong pemuda dari Jepang, Ryo Miyaichi yang masih berumur 18 tahun, kemudian dari Inggris, Alexander Oxlade-Chamberlain yang juga berumur 18 tahun, kemudian pemuda dari Amerika Latin, Joel Campbell yang berumur 17 tahun. Mari kita lihat saja dalam beberapa tahun ke depan, calon pemain bintang itu akan dikenal diseluruh penggila sepak bola di dunia.

Kesaktian The Professor

     Siapa tidak tahu sosok Arsene Wenger di mata pecinta sepak bola dunia .Merubah keterpurukan Arsenal yang sebelumnya di bawah asuhan George Graham, Stewart Houston dan Bruce Rioch. Keterpurukan Arsenal yang paling nyata adalah ketika harus menyerah di final Piala Winners 1994-1995 dari klub non unggulan, Real Zaragoza.

    Selainitu, di Liga Inggris, posisi Arsenal terjun ke posisi 12, ini sekaligus menjadi hal terburuk pertama yang terjadi dalam 19 tahun terakhir Arsenal terlempar dari 10 besar. Pada saat itu Bruce Rioch tak mampu berbuat banyak, hanya mengantar Arsenal keposisi 5 klasemen pada musim 1995-1996. Sadar akan situas iini, Chairman Arsenal, Peter Hill-Wood, dan Vice Chairman David Dein, menjalankan suatu misi, yang bisa dikatakan secret mission, Karena mereka terbang ke Jepang untuk menemui Arsene Wenger yang notabene masih meng-arsiteki Nagoya Grampus Eight. Kali ini mereka tak akan mengulang kegagalan kala melakukan pendekatan terhadap Sir Alex Ferguson pada tahun 1980-an.
"Karena Liga Jepang belum berakhir, Arsene mengatakan baru bias bergabung dengan Arsenal pada bulan Oktober. Kami menyetujui hal tersebut hingga kesepakatan pun tercapai" papar David Dein.
    Wenger membuktikan sebagai pelatih sepak bola kelas wahid. Dia mengusung pola 4-4-2 dari yang sebelumnya pola 3-5-2 yang digunakan oleh Bruce Rioch. Perombakan besar terlihat dari wajah The North London tersebut .Pola hidup sehat pun tidak terlepas dari pengawasan Wenger. Salah satu hal yang wajib bagi para pemain adalah, setiap pemain diharuskan memakan 2 buah pisang, karena buah pisang bias menambah stamina yang cukup baik bagi para pesepak bola.
    Dari semua hal sejak kedatangan Wenger adalah, perbedaan signifikan lainnya adalah, mengubah gay apermainan Arsenal menjadi lebih atraktif dengan aliran bola yang sangat rapi. Pada saat itu, Wenger mulai menambah sedikit demi sedikit amunisi untuk timnya, dengan mendatankan pemain Eropa daratan, yakni Patrick Vieira, RemiGarde dan Nicolas Anelka.
Sontak, geliat asa The Gunners yang sempat redup pun kembali terang benderang . Arsenal kembali merengkuh kehormatan yang sempat hilang. Gelar pertama Wenger yaitu pada FA Cup pada musim 1997-1998 dan pada musim itu juga Wenger berhasil menjuarai Premier League. "Lini penyerangan dan lini pertahanan Arsenal sama kuatnya, Arsenal menyerang bak senapan, dan bertahan bak tembok kokoh nan kuat" ujar David O'Leary. Wenger memang sakti, dan ia pun sempat meraih Double Winners keduanya, pada musim 2001-2002, dengan menjuarai Premier League dan FA Cup. Hingga musim sekarang 2011-2012 Arsene Wenger berhasil meraih 7 trofi, ini menjadikannya sebagai pelatih tersukses Arsenal sepanjang sejarah.
    Kesuksesan Wenger memang tidak diragukan lagi jika dibanding dengan para pelatih Arsenal lainnya . Disamping dari 7 trofi yang diraihnya, banyak pencapaian lainnya yang di torehkan Wenger, seperti menurunnya kartu kuning dan kartu merah yang diterima Arsenal, dan yang paling nyata adalah Arsenal tidak pernah sulit dalam melakukan regenerasi pemain. Wenger memang pelatih bertangan dingin, berani mempromosikan pemain binaan asli dari akademi Arsenal. Hal pemandu bakat ini lebih di kenal dengan Global Scouting System. Memang tak sehebat akademi La Masia dari Barcelona, tapi Wenger sudah bias diberikan 2 jempol untuk kualitas membuat dan menjadikan pemain sepak bola kelas wahid, dan karena itu pula Arsenal mempunyai julukan "We don't buy superstars, we make them" .Trofi terakhir yang diraih Wenger bersama Arsenal yaitu pada musim 2004-2005, dengan mengantar Arsenal juara FA Cup.